KONSEP PENYAKIT
DEFINISI GAGAL GINJAL KRONIS
Gagal ginjal kronis atau biasa kita sebit dengan CKD (cronic kodney disease) merupakan suatu keadaan dimana ginjal mengalami kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit yang di disebabkan oleh rusaknya struktur ginjal yang progresif dengan dengan gejala penumpukan sisa metabolic didalam darah.
Gagal ginjal kronis juga disingkat dengan GGK adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50 ml/menit.
PENYEBAB GAGAL GINJAL KRONIS
Gagal ginjal kronis dapat disebabkan oleh beberapa kondisi baik yang berasal dari ginjal itu sendiri atau dapat dari luar tubuh. Akan tetapi apapun penyebab gagal ginjal kronis, respon yang terjadi terhadap tubuh adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif.
Penyakit dari ginjal (intrinsik)
Beberapa kondisi dari ginjal sendiri yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut:
Penyakit pada saringan yang ada di dalam ginjal yaitu glomerulus seperti glomerulonephritis atau peradangan pada glomerulus ginjal.
Infeksi kuman seperti pyelonefritis, ureteritis yang berasal dari infeksi saluran kemih dan lain-lain.
Batu ginjal seperti nefrolitiasis atau urolitiasis
Kista di ginjal seperti polcystis kidney
Trauma langsung yang terjadi pada ginjal pada kondisi kecelakaan
Keganasan pada ginjal seperti kanker ginjal
Sumbatan pada saluran di dalam ginjal seperti tumor, batu, penyempitan/striktur
Penyakit dari luar ginjal (ekstrinsik)
Beberapa penyakit dari luar ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal adalah sebagai berikut:
- Penyakit sistemik seperti penyakit diabetes mellitus, hipertensi dan juga kolesterol tinggi serta dyslipidemia
- Infeksi seperti penyakit tb paru, sifilis, malaria dan juga hepatitis, dan lain-lain.
- Preeklamsi pada ibu hamil
- Penggunaan obat-obatan dalam jangka panjang
- Kehilangan banyak cairan yang mendadak seperti pada kondisi luka bakar.
PATHWAY GAGAL GINJAL KRONIS
TANDA DAN GEJALA GAGAL GINJAL KRONIS
Pada kondisi gagal ginjal kronis, setiap sistem tubuh biasanya akan dipengaruhi oleh kondisi seperti uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Tingkat keparahan gejala yang muncul tergantung juga dari tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari gagal ginjal , dan juga usia dari pasien itu sendiri.
Gejala yang muncul pada sistem kardiovaskuler pada gagal ginjsl kronis biasanya mencakup hipertensi atau darah tinggi yang di akibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-angiotenin-aldosteron, gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner atau edema paru-paru yang di akibatkan oleh penumpukan cairan yang berlebihan di paru-paru dan perikarditis atau radang pada lapisan luar jantung yang di akibatkan oleh iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin uremia.
Sedangkan gejala yang sering muncul pada kulit pasien adalah mencakup rasa gatal yang parah (pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir.
Gejala yang muncul pada sistem gastrointestinal biasanya anoreksia, mual, muantah dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran, ketidak mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.
Menurut Long, 1996, gejala dini dari gagal ginjal kronik adalah seperti lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi. Sedangkan gejala lebih lanjut dari gagal ginjal kronis adalah anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
KOMPLIKASI GAGAL GINJAL KRONIS
Penyakit gagal ginjal kronis selain dapat mengganggu fungsi ginjal juga dapat menyebabkan komplikasi pada tubuh, diantaranya adalah:
- Hiperkalemia (tingginya kadar kalium didalam darah) yang diakibatkan penurunan eksresi asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diit berlebih yang berlebihan.
- Perikarditis, efusi perincardial dan juga temponade jantung
- Hipertensi yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem rennin angioaldosteron
- Anemia yang di akibatkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah, pendarahan gasstrointestinal akibat iritasi pada lapisan mukosa saluran pencernaan.
- Penyakit tulang seperti osteoporosis dan lain-lain yang diakibatkan oleh retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan kadar aluminium
PEMERIKSAAN PENUNJANG PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS
Beberapa pemeriksaan penunjang berikut biasanya dapat dilakukan untuk membantu melakukan diagnosis penyakit gagal ginjal kronis.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan utama yang harus dilakukan untuk melihat bagaimana fungsi ginjal apakah masih normal atau sudah abnormal. Pemeriksaan laboratorium berikut dapat dilakukan untuk mendiagnosis gagal ginjla kronis.
- Laju Endap Darah biasanya tinggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin biasanya meningkat, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingan meninggi akibat pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi yang pada umumnya disebabkan karena kelebihan cairan. Hiperkalemia yang biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis
- Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3 pada GGK.
- Phosphate alkaline meningkat akibat dari gangguan metabolisme tulang, terutama isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia yang umunya disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peningkatan kadar gula darah yang di akibatkan oleh gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal ( resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer ).
- Hipertrigliserida yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme lemak, disebabkan peningkatan hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.
Radiology
Foto polos abdomen untuk dapat dilakukan untuk membantu menilai bentuk dan besar ginjal (juga untuk melihat adanya batu atau obstruksi). Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa dan harus minum.
Intra Vena Pielografi (IVP)
Pemeriksaan ini dilakukan Untuk menilai system pelviokalisis dan ureter.
USG (ultrasonografi)
Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan juga prostat.
EKG (elektrokardiogram)
Pemeriksaan EKG ini ntuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
PENATALAKSANAAN MEDIS GAGAL GINJAL KRONIS
Tujuan dari penatalaksanaan medis pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis tubuh selama mungkin. Semua faktor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan kemudian diatasi.
Adapun penatalaksanaan gagal ginjal kronis yang dapat dilakukan adalah penatalaksanaan konservatif yang meliputi pengaturan diet, cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengendalikan hiperensi, penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi komplikasi.
Penatalaksanaan pengganti dari penatalaksanaan diatas diantaranya adalah dialysis (hemodialysis atau peritoneal dialysis) dan juga transplantasi ginjal.
Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan mencegah komplikasi-komplikasi untuk tubuh sebagai berikut :
Dialisis
Dialysis atau biasa kita sebut dialisa (cuci darah) dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi sevara bebas, menghilangkan kecenderungan pendarahan, dan membantu menyembuhkan luka.
Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
Koreksi anemia
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal pada adanya insufisiensi koroner.
Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis
Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.
Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIS APLIKASI 3S (SDKI, SLKI DAN SIKI)
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data pengkajian yang ditampilkan disini adalah hasil yang biasanya didapatkan pada pasien gagal ginjal kronis. Untuk hasil tiap pasien berbeda-beda tergantung kondisi pasien.
Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya muncul pada kondisi gagal ginjal kronis atau CKD pada umumnya bervariasi, mulai dari urine output sedikit bahkan hingga tidak ada urin output, gelisah hingga terjadi penurunan kesadaran, anoreksia atau hilang nafsu makan, mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah berkepanjangan, napas berbau khas (bau ureum), dan dapat terjadi gatal-gatal pada kulit.
Gejala paling khas pasien CKD biasanya terjadi penurunan urin output dan penumpukan cairan atau edema pada ekstremitas atas maupun bawah.
Riwayat penyakit masa lalu
Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, gagal jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia (BPH), dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
DATA FOKUS PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIS
PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Riwayat penyakit yang seperti DM, Hipertensi, batu ginjal, dan lain-lain
Pengetahuan tentang penyakit biasanya kurang
DO:
KU biasanya tergantung dari berat ringannya gagal ginjal kronis mulai dari KU sedang hingga sakit parah
TTV : TD biasanya tinggi, takikardi, takipnea, suhu meningkat
Terkadang ada riwayat pengoabatan/obat yg digunakan klien pada masa lalu
NUTRISI
DS:
Mual dan muntah, anoreksia
BB dapat menurun
Riwayat DM
DO:
Diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
ELIMINASI
Sistem Urinarius
DS:
Riwayat penyakit kandung kemih seperti batu ginjal, BPH dan lain-lain
BAK biasanya sedikit dan bahkan tidak BAK
DO:
BAK sedikit dan bahkan tidak ada
Sistem Integuman
DS:
Kulit kering dan kasar
DO:
Itegritas kulit buruk dan elastisitas kulit jelek
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
Aktivitas
DS:
Kelelahan saat beraktivitas
DO:
Penampilan umum selama beraktivitas biasanya klien kelelahan
Risiko cidera saat berativitas
Kardiovaskular
DS:
Edema ekstremitas
DO:
Edema ekstremitas atas dan bawah
Turgor kulit jelek
Suhu biasanya normal
Auskultasi jantung, bunyi jantung normal
Respirasi
DS:
Napas cepat hingga sesak bau khas amoniak
DO:
RR biasanya lebih dari 20
Kualitas pernapasan cepat dangkal
PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK MENUNJANG DIAGNOSA KEPERAWATAN CKD ATAU GAGAL GINJAL KRONIS
Laboratorium
Laju Endap Darah biasanya tinggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
Ureum dan kreatinin biasanya meningkat, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingan meninggi akibat pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
MASALAH KEPERWATAN
Berikut ini adalah masalah keperawatan yang sering terjadi pada pasien gagal ginjal kronis
- Nausea
- Hipervolemia
- Risiko ketidakberdayaan
DIAGNOSA KEPERAWATAN SDKI
- Nausea berhubungan dengang gangguan biokimiawi hiperuremia
- Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
- Risiko ketidakberdayaan
INTERVENSI KEPERAWATAN (SLKI DAN SIKI)
NAUSEA BERHUBUNGAN DENGANG GANGGUAN BIOKIMIAWI HIPERUREMIA
Luaran Keperawatan SLKI
Tingkat nausea
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama .................... maka tingkat nausea / mual menurun dengan kriteria hasil :
- Perasaan ingin muntah menurun
- Perasaan asam di mulut menurun
- Sensasi panas menurun
- Sensasi dingin menurun
- Diaforesis menurun
- Takikardia menurun
- Pucat membaik
- Dilatasi pupil membaik
- Nafsu makan membaik
- Jumlah saliva membaik
- Frekuensi menelan membaik
Intervensi Keperawatan SIKI
Manajemen Mual
Observasi
Identifikasi pengalaman mual
Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis. bayi, anak-anak, dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif)
Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis. nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
Identifikasi faktor penyebab mual (mis. pengobatan dan prosedur)
Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual (kecuali mual pada kehamilan)
Monitor mual (mis. frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis. bau tak sedap, suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis. kecemasan, ketakutan, kelelahan)
Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak berwarna, Jika perlu
Edukasi
Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual
Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk mengatasi mual (mis. biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
Manajemen Muntah
Observasi
Identifikasi karakteristik muntah (mis. warna, konsistensi, adanya darah, waktu, frekuensi dan durasi)
Periksa volume muntah
Identifikasi riwayat diet (mis. makanan yang disuka, tidak disukai, dan budaya)
Identifikasi faktor penyebab muntah (mis. pengobatan dan prosedur)
Identifikasi kerusakan esofagus dan faring posterior jika muntah terlalu lama
Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh
Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
Terapeutik
Kontrol faktor lingkungan penyebab muntah (mis. bau tak sedap, suara, dan simulasi visual yang tidak menyenangkan)
Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab muntah (mis. kecemasan, ketakutan)
Atur posisi untuk mencegah aspirasi
Pertahankan kepatenan jalan napas
Bersihkan mulut dan hidung
Berikan dukungan fisik saat muntah (mis. membantu membungkuk atau menundukkan kepala)
Berikan kenyamanan selama muntah (mis. kompres dingin di dahi, atau sediakan pakaian kering dan bersih)
Berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi minimal 30 menit setelah muntah
Edukasi
Anjurkan membawa kantong plastik untuk menampung muntah
Anjurkan memperbanyak istirahat
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengelola muntah (mis. biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
HIPERVOLEMIA BERHUBUNGAN DENGAN KELEBIHAN ASUPAN CAIRAN
Luaran Keperawatan SLKI
Keseimbangan cairan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama .................... maka keseibangan cairan meningkat dengan kriteria hasil :
- Asupan cairan meningkat
- Output urin meningkat
- Membran mukosa lembab meningkat
- Asupan makanan meningkat
- Edema menurun
- Asites menurun
- Tekanan darah membaik
- Frekuensi nadi membaik
- Kekuatan nadi membaik
- Turgor kulit membaik
- Berat badan membaik
Intervensi Keperawatan SIKI
Manajemen Hipervolemia
Observasi
Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. ortopnea, dispnea, JVP/CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, suara napas tambahan)
Identifikasi penyebab hipervolemia
Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung, tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO,CI), Jika tersedia
Monitor intake dan output cairan
Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. kadar natrium, BUN, hematokrit, berat jenis urin)
Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma (mis. kadar protein dan albumin meningkat)
Monitor kecepatan infus secara ketat
Monitor efek samping diuretik (mis. hipotensi ortostatik, hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
Terapeutik
Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang bersamaan
Batasi asupan cairan dan garam
Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
Edukasi
Anjurkan melapor jika haluaran urine < 0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari
Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik
Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik
Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy (CRRT), Jika perlu
Pemantauan Cairan
Observasi
Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Monitor frekuensi napas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan
Monitor waktu pengisian kapiler
Monitor elastisitas atau turgor kulit
Monitor jumlah, warna dan berat jenis urin
Monitor kadar albumin dan protein total
Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. osmolaritas serum, hematokrit, natrium, kalium, BUN)
Monitor intake dan output cairan
Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urin meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
Identifikasi tanda-tanda hipervolemia (mis. dispnea, edema perifer, edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, berat badan menurun dalam waktu singkat)
Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan (mis. prosedur pembedahan mayor, trauma atau perdarahan, luka bakar, aferesis, obstruksi intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Intervensi Tambahan:
Edukasi hemodialisis
Observasi
Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima informasi
Terapeutik
Persiapan materi dan alat peraga hemodialisis
Buat media dan format evaluasi hemodialisis
Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan dengan pasien dan keluarga
Lakukan modifikasi proses pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan
Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya dan mengemukakan perasaan
Edukasi
Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dampak diet, hal-hal yang harus diperhatikan pasien gagal ginjal
Jelaskan pengertian, kelebihan dan kekurangan terapi hemodialisis serta prosedur hemodialisis
Jelaskan manfaat memonitor intake dan output cairan
Ajarkan cara memantau kelebihan volume cairan (mis. pitting edema, kenaikan berat badan 1 kg = 1 L air, sesak napas)
Jelaskan pentingnya dukungan keluarga
Manajemen Hemodialisis
Observasi
Identifikasi tanda dan gejala serta kebutuhan hemodialisis
Identifikasi kesehatan hemodialisis (mis. tanda-tanda vital, berat badan kering, kelebihan cairan, kontraindikasi pemberian heparin)
Monitor tanda vital tanda-tanda perdarahan, dan respon selama dialisis
Monitor tanda-tanda vital pasca hemodialisis
Terapeutik
Siapkan peralatan hemodialisis (mis. bahan habis pakai, blood line hemodialisis)
Lakukan prosedur diagnosis dengan prinsip aseptik
Atau filtrasi sesuai kebutuhan penarikan kelebihan cairan
Atasi hipotensi selama proses dialisis
Hentikan hemodialisis jika mengalami kondisi yang membahayakan (mis. syok)
Ambil sampel darah untuk mengevaluasi keefektifan hemodialisis
Edukasi
Jelaskan tentang prosedur hemodialisis
Ajarkan pembatasan cairan, penanganan insomnia, pencegahan infeksi akses HD, dan pengenalan tanda perburukan kondisi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian heparin pada 2 bulan sesuai indikasi
Perawatan Dialisis
Observasi
Identifikasi gejala-gejala dan tanda-tanda kebutuhan dialisis (mis. pemeriksaan fisik, laboratorium, pemeriksaan penunjang lainnya)
Identifikasi persepsi pasien dan keluarga tentang dialisis
Terapeutik
Diskusikan tentang pilihan terapi dialisis (hemodialisis, peritoneal dialisis)
Berikan kesempatan dan waktu untuk memutuskan pilihan terapi dialisis
Dampingi pasien dan keluarga dalam proses pengambilan keputusan
Siapkan psikis dan fisik pasien yang akan dilakukan dialisis
Monitor keefektifan terapi dialisis
Catat perkembangan pasien
Edukasi
Jelaskan kekurangan dan kelebihan masing-masing terapi dialisis
RISIKO KETIDAKBERDAYAAN
Luaran Keperawatan SLKI
Keberdayaan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama .................... maka keberdayaan meningkat dengan kriteria hasil :
- Verbalisasi mampu melaksanakan aktivitas meningkat
- Verbalisasi keyakinan tentang kinerja peran meningkat
- Berpartisipasi dalam perawatan meningkat
- Verbalisasi frustasi ketergantungan pada orang lain menurun
- Perasaan diasingkan menurun
- Pernyataan kurang kontrol menurun
- Pernyataan rasa malu menurun
- Perasaan tertekan (depresi) menurun
- Pengasingan menurun
Intervensi Keperawatan SIKI
Promosi Harapan
Observasi
Identifikasi harapan pasien dan keluarga dalam pencapaian hidup
Terapeutik
Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai penting
Pandu mengingat kembali kenangan yang menyenangkan
Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
Kembangkan rencana perawatan yang melibatkan tingkat pencapaian tujuan sederhana sampai dengan kompleks
Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga terlibat dengan dukungan kelompok
Ciptakan lingkungan yang memudahkan mempraktikkan kebutuhan spiritual
Edukasi
Anjurkan mengungkapkan perasaan terhadap kondisi dengan realistis
Anjurkan mempertahankan hubungan (mis. menyebutkan nama orang yang dicintai)
Anjurkan mempertahankan hubungan terapeutik dengan orang lain
Latihan menyusun tujuan yang sesuai dengan harapan
Latih cara mengembangkan spiritual diri
Latih cara mengenang dan menikmati masa lalu (mis. prestasi, pengalaman)
Promosi Koping
Observasi
Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan
Identifikasi kemampuan yang dimiliki
Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
Identifikasi pemahaman proses penyakit
Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
Identifikasi metode penyelesaian masalah
Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
Terapeutik
Diskusikan perubahan peran yang dialami
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
Tinjau kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
Hindari mengambil keputusan saat pasien berada di bawah tekanan
Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
Dampingi saat berduka (mis. penyakit kronis, kecacatan)
Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam
Edukasi
Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
Anjurkan keluarga terlibat
Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
Latih penggunaan teknik relaksasi
Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
Latihan mengembangkan penilaian obyektif
Refefensi:
Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) tahun 2016. DPP PPNI. Jakarta
Buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Tahun 2019. DPP PPNI. Jakarta
Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Tahun 2019. DPP PPNI. Jakarta
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Supartondo. ( 2001 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2128674-komplikasi-gagal-ginjal-kronis-dan/#ixzz2MQRKcZRs
Posting Komentar untuk "Askep Gagal Ginjal Kronis Aplikasi 3S (SDKI, SLKI, SIKI)"